Jika kita sering berbuat baik,
maka kita akan diperlakukan dengan baik.
Sebaliknya, jika kita melakukan hal yang tidak baik, maka kita akan
diperlakukan dengan tidak baik. Jika kita suka memberi sedekah, maka rejeki
kita akan bertambah. Pernyataan di atas
adalah pernyataan umum tentang karma. Tapi bagaimana jika kita menemukan kasus
dimana orang yang sering berbuat baik mengalami musibah terus –menerus, mulai
dari kemalingan misalnya, sakit, jatuh miskin, dan hal buruk lainnya; dan
seorang yang sering melakukan hal tidak baik malah mendapat keberuntungan
terus-menerus? Apakah hukum karma tidak bekerja?
Hal pertama yang perlu dipahami
agar dapat mengerti ajaran Buddha adalah hukum karma (hukum sebab-akibat) dan
cara kerjanya. Karma dibagi menjadi dua, karma baik dan karma buruk. Jika kita
melakukan kebaikan, kita akan mendapat karma baik dan sebaliknya. Karma baik
akan membuahkan kebaikan dan karma buruk akan membuahkan hal yang tidak baik.
Karma tidak dapat dihapus. Jadi apa yang kita perbuat itulah yang akan kita
terima.
Bagaimana dengan kasus di atas?
Karma tidak selalu berbuah pada
kehidupan sekarang saat kita melakukan karma tersebut. Artinya, buah dari karma
baik yang kita lakukan sekarang belum tentu kita terima di kehidupan sekarang,
bisa saja di kelahiran berikutnya atau dua kelahiran berikutnya. (Buddha juga
mengajarkan tentang “tumimbal lahir” mungkin kita lebih mengenalnya dengan kata
Reinkarnasi atau kelahiran kembali.)
Orang yang sering berbuat baik
tapi terus mendapat kemalangan, berarti karma buruk yang dilakukannya pada
kehidupan sebelumnya baru berbuah pada kelahiran ini. Demikian juga dengan
orang yang melakukan hal tidak baik tapi mendapat keberuntungan beruntun. Berarti
buah dari karma baik yang dilakukannya pada kelahiran sebelumnya sedang
berbuah.
Kenapa ada manusia yang lahir
dalam lingkungan keluarga kaya? Kenapa ada pula yang lahir dalam lingkungan
keluarga yang kekurangan? Kelahiran juga dipengaruhi oleh karma. Mengumpulkan karma
baik atau buruk, semua tergantung pada diri kita sendiri.
Banyak orang yang tidak mengerti
dasar ajaran Buddha tentang karma. Sehingga tidak jarang ada yang mengeluh, “saya
selalu berbuat baik tapi kenapa dapat yang buruk terus?” Dan tidak jarang juga
ada orang yang bosan berbuat baik karena tidak melihat hasil dari perbuatan
baiknya pada kelahiran itu juga.
Ada juga kejadian dimana karma
baik menangguhkan buah dari karma buruk yang kita lakukan. Saya pernah mendengar
cerita tentang seorang guru yang dapat melihat kejadian yang akan datang. Pada
suatu hari, ia meminta muridnya untuk pulang ke rumah. Murid pun menuruti perintah sang guru. beberapa hari
kemudian, ia kembali pada sang guru. Guru tampak kaget melihat si murid
kembali. Ternyata sang guru melihat kejadian dimana muridnya akan mati beberapa
hari lagi sehingga ia menyuruh muridnya pulang ke rumah agar dapat berkumpul
dengan keluarganya untuk terakhir kalinya. Si murid pun menceritakan kejadian
saat ia pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, ia melihat seekor semut
yang terpisah dari kawanannya. Ia pun menolong semut malang itu. Murid yang
seharusnya mati karena karma buruknya selamat karena karma baik yang
dilakukannya. (Saya lupa detail ceritanya, tapi singkatnya seperti di atas).
Sadar atau tidak sadar, kita juga
bisa mengalami kejadian yang dialami si murid. Karma buruk akan terus membawa
kita berkeliling dalam lingkaran tumimbal lahir (lahir, tua, sakit, dan mati). Karena
itu, perlu mempelajari Dharma agar mengerti bagaimana cara melepas diri dari
tumimbal lahir. Setelah mengerti tentang karma, kita tidak akan mengeluh
tentang hal buruk yang kita alami (karena apa yang kita alami/dapat adalah
hasil perbuatan kita sendiri) dan tentunya tidak ada kata bosan untuk berbuat
baik.
Šαbbє Šαttα Šαbbα Dukkhα
Pαmuccαntu, Šαbbє Šαttα ßhαvαntu
Šukhitαttα.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar